RAKHINE - Kekerasan baru etnis Buddha Rakhine
dan Muslim Rohingya telah menewaskan tiga orang, di Negara Bagian
Rakhine, Myanmar. Pejabat setempat mengatakan kepada kantor berita AFP, kekerasan terjadi saat Ahad (5/8).
Pejabat yang tidak tertulis namanya itu mengatakan korban baru dari
konflik komunal tersebut, tidak dapat diidentifikasi. Dia mengatakan
konflik tersebut telah merembet ke Kota Kyaktaw, sekitar 100 kilometer
sebelah utara ibu kota Rakhine, Sittwe.
"Kami tidak tahu mengapa peristiwa itu mulai kembali," kata dia, seperti dilansir AFP, Senin (6/8). Selain itu, dikatakan tiga orang tewas, lima orang dikatakan mengalami luka-luka. Dilansir dari channelnewsasia.com situasi di kota tersebut sudah berangsur kondusif.
Namun status darurat militer di seluruh wilayah Negara Bagian Rakhine
itu belum dicabut sejak awal Juni lalu. Dari Jeddah, Alarabiyah
melansir, Ketua Organisasi Kerjasama Negara Islam (OKI) Ekmeleddin
Ihsanoglu kecewa atas kegagalan masyarakat internasional yang dinilainya
tidak tegas terhadap pemerintahan Myanmar.
Dia mengusulkan OKI mengirim tim untuk melakukan penyelidikan
pembantaian etnis Muslim Rohingya ke Negara Bagian Rakhine. OKI, kata
dia, akan mendesak secara langsung pemerintah Myanmar di Yangon untuk
menerima misi pencari fakta kelompok tersebut.
Rencana itu, kata dia, sudah dimusyawarahkan saat pertemuan komite
eksekutif OKI di Jeddah, Saudi Arabia. Menurut Ihsanoglu, pemerintah
junta Myanmar telah kelewat batas membiarkan etnis minoritas di negara
anggota ASEAN itu tertindas dan tak diakui.
Dia menumpahkan kekesalannya kepada komunitas dan lembaga
internasional, yang tidak mengambil sikap tegas untuk menghentikan
pelanggaran HAM, yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap etnis Muslim
Rohingya. "OKI telah meminta langsung kepada Dewan Umum PBB di New York
untuk melihat ke dalam penderitaan minoritas Rohingya," katanya,
seperti dikutip Alarabiyah, Ahad (5/8).
Human Rights Watch yang berbasis di New York mengatakan, jumlah
korban tewas konflik komunal yang melibatkan etnis Buddha Arakan dan
Muslim Rohingya, telah mencapai lebih dari 90 orang. Sementara 100 ribu
orang lainnya mengungsi.
Sebelumya, kelompok HAM menuduh pasukan pemerintah berpartisipasi
dalam pembunuhan dan pemerkosaan etnis Muslim Rohingya atau setidaknya
gagal menghentikan kekacauan. Tiga orang anggota staf lokal badan
pengungsi PBB ditangkap di Rakhine karena diduga terlibat konflik.
"Tuduhan terhadap mereka itu tidak berdasar," kata utusan khusus PBB,
Tomas Ojea Quintana, yang sempat mengunjungi ketiganya selama
perjalanannya di Rakhine. Ia akan menyajikan temuannya pada Dewan
Keamanan PBB.
REPUBLIKA.CO.ID