Recep Tayyip Erdogan - PM Turki |
Pembicaraan dilakukan antara negara-negara Barat
yang mendukung Turki serta Rusia yang selama ini dikenal sebagai
pendukung Suriah. "Para anggota Dewan Keamanan mengutuk penembakan yang
dilakukan angkatan bersenjata Suriah," tulis keterangan pers seusai
pertemuan.
Dalam keterangan itu ditekankan jika kedua negara --
baik Suriah maupun Turki -- harus menahan diri. Hampir sebagai besar
pernyataan menyebut Suriah. Disebutkan antara lain penembakan ini akan
bisa memperparah konflik yang sudah berlangsung 18 di Suriah menjadi
konflik regional.
Insiden Rabu lalu menandai korban warga Turki
pertama sejak pecahnya perlawanan menumbangkan Presiden Suriah Bashar
al-Assad. Lontaran mortir dari Suriah memasuki wilayah Turki dan
menewaskan lima orang di desa Akcakale, Sanliufa. Aksi ini langsung
dibalas Turki dengan menyerang pos tentara Suriah di Tal al-Abyad.
Belakang kabar tewasnya tentara Suriah dibantah. Disebutkan jika hanya
ada dua tentara yang terluka.
Beberapa jam berselang setelah serangan, parlemen
Turki bereaksi. Mereka menyetujui penambahan pasukan untuk bersiaga
perang. Dukungan diberikan 320 anggota dari total 550 anggota perlemen.
Hanya 129 suara yang menentang. Suara terbanyak justru datang dari
partai oposisi Republican People''s Party (CHP) dan Peace and Democracy
Party (BDP).
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan
mengatakan persetujuan ini ibarat mandat. Namun ia menegaskan meski
sudah ada lampu hijau dari parlemen bukan berarti Turki ingin berperang.
Erdogan mengingatkan Suriah jika Turki adalah negara yang mampu
mempertahankan warga dan perbatasannya. "Jangan ada yang mencoba
mengganggu kami untuk urusan ini," kata dia di Ankara kemarin.
Persetujuan parlemen ini sempat mengundang protes.
Sekitar 1.000 orang dari kelompok sayap kiri menggelar aksi di lapangan
Taksim, Kamis sore. Mereka membawa berbagai poster yang isinya menentang
"perang imperialis" melawan Suriah. Mereka juga menuding partai
penguasa, Justice and Development Party (AKP) yang dipimpin Erdogan
sebagai boneka Amerika.
tempo.co