Sekitar 3.000 warga Mesir mendatangi kantor Kedubes Amerika Serikat (AS)
di Kairo, Selasa (11/9). Mereka marah atas penayangan sebuah film di
depan kedutaan itu, televisi al-Alam melaporkan.
Demonstrasi besar-besaran itu diwarnai penurunan dan pembakaran bendera AS. Demonstran kemudian mengganti bendera "Stars and Stripes" itu dengan salah satu bendera Islam, kata Radio Australia ABC.
Para demonstran juga meminta pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan AS. Kemarahan warga dipicu oleh pembuatan film yang berisi penghinaan kepada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam.
Dilaporkan bahwa sejumlah warga Kristen Qibti Mesir yang tinggal di luar negeri memproduksi film yang isinya menghina Rasulullah. Seperti dirilis Republika, film yang diproduksi di AS itu kemudian ditayangkan di depan Kedubes AS.
Selain aksi demo besar-besaran, organisasi dan lembaga Islam dan Kristen
di Mesir mengajak warga Mesir untuk mengecam pembuatan film yang
menghina Rasulullah.
Syeikh al-Azhar Ahmad Thayib juga mengecam keras penayangan film itu. Kendati demikian, Syeikh al-Azhar menegaskan bahwa langkah semacam ini tidak boleh membuat umat Islam memukul rata bahwa pelakunya adalah warga Kristen.
Demonstrasi besar-besaran itu diwarnai penurunan dan pembakaran bendera AS. Demonstran kemudian mengganti bendera "Stars and Stripes" itu dengan salah satu bendera Islam, kata Radio Australia ABC.
Para demonstran juga meminta pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan AS. Kemarahan warga dipicu oleh pembuatan film yang berisi penghinaan kepada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam.
Dilaporkan bahwa sejumlah warga Kristen Qibti Mesir yang tinggal di luar negeri memproduksi film yang isinya menghina Rasulullah. Seperti dirilis Republika, film yang diproduksi di AS itu kemudian ditayangkan di depan Kedubes AS.
Selain aksi demo besar-besaran, organisasi dan lembaga Islam dan Kristen
di Mesir mengajak warga Mesir untuk mengecam pembuatan film yang
menghina Rasulullah.Syeikh al-Azhar Ahmad Thayib juga mengecam keras penayangan film itu. Kendati demikian, Syeikh al-Azhar menegaskan bahwa langkah semacam ini tidak boleh membuat umat Islam memukul rata bahwa pelakunya adalah warga Kristen.
