Headlines News :

Home » » Universitas Para Aktivis

Universitas Para Aktivis

Posted By IKADI Minas on Kamis, 28 Februari 2013 | 12.59

Dikisahkan bahwa Shalahuddin Al-Ayubi pada setiap malamnya ia menyempatkan diri berkeliling ke kemah–kemah pasukan perangnya. Dan ketika dia melihat ada kemah yang ‘tidak dijaga’ dengan qiyamullail, ia akan membangunkan penghuninya dan menegur mereka, “Aku khawatir kita akan diserbu dari bagian sini, malam ini!”. Luar biasa bukan?.Shalahuddin dengan sense keislamannya yang tajam dan ma’rifah terhadap Islam yang tinggi menganggap kekosongan satu kemah saja dari qiyamullail merupakan kekosongan yang paling berbahaya melebihi kekosongannya benteng dari penjagaan,sehingga musuh bisa datang dan menyerang dari sana.
Di masa yang lain, dikisahkan sebelum membunuh Jenderal Kleber, Sulaiman Al-Halaby terus menerus menunaikan qiyamullail dan memohon kepada Allah selama sebulan penuh di masjid jami’ Al-Azhar. Selama itu ia bertabattul (beribadah) kepada Allah dan berdoa agar dibukakan pintu kemudahan dalam upayanya  membunuh musuh Allah: Jean Baptiste Kleber. Saat itu senjata yag dimilikinya hanyalah sebuah golok. Lalu? Ditangan Sulaiman terbunuhlah pemimpin Perancis yang tersohor – setelah Napoleon – yang juga komandan tertinggi angkatan bersenjata Perancis saat itu. Diantara yang terbunuh bersama Kleber adalah seorang staf Enggineering  angkatan bersenjata Perancis. Semuanya ditangani oleh pahlawan Islam itu. Sendirian! Tahukah anda, di mana tempat terjadinya? Kediaman komandan angkatan bersenjata Perancis alias didalam rumah Kleber sendiri!
"Hai orang yang berselimut (Muhammad),  Bangunlah (untuk shalat) di malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.(Al Muzammil: 1-4)
Ya, sidang pembaca,” qiyamullail” itu adalah sebuah Universitas.  Universitas terkemuka bagi para aktivis sekaligus madrasah terbesar yang menempa individu setiap muslim. Terbangun didalamnya ruang khusyuk, khudu’, tadzallul, dan inabah kepadaNya. Lalu mengapa disematkan kepada para aktivis? Bukankah aktivis adalah seseorang yang melakukan aktifitas? Dari mulai kegiatan, peran individu maupun sosial, baik itu aktifitas yang sekedar berperan ‘biasa saja’ hingga berperan penting bagi manusia seluruhnya. Bahkan di situlah titik pengkhususannya.
Dr. Najih Ibrahim seorang doktor di Indonesia menyampaikan dengan sangat terheran jika melihat ada seorang aktivis yang tidak pernah mengerjakan qiyamullail. Bagaimana bisa terjadi keseimbangan yang berat itu?
“Jika qiyamullail adalah kebutuhan asasi setiap muslim, lalu bagaimana dengan seorang muslim yang memikul berbagai beban berat agama ini?” Tidak perlu jauh-jauh, tengok saja list cita-cita yang kian menyindir setiap malamnya. Impian, langkah, berbagai macam harapan yang menuntut aktifvis untuk segera menarik selimut dan beranjak menuangkannya dalam doa. Apakah ia hanya sekadar hiasan di atas kertas? Betapa sombongnya manusia yang hanya berusaha tanpa pernah berdoa untuk kesuksesannya!
Mengapa harus demikian?
"Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat." (Al-Muzammil: 5)
Ya, amanat yang berat dan beban yang sulit. Amanat yang sebelumnya ditolak oleh langit dan bumi. Keduanya khawatir tidak mampu mengembannya, lalu amanat itu dibebankan diatas bahu manusia. Mampukah para manusia menjalankannya tanpa bekal selama menempuh perjalanan menujuNya? Jadi, berapa banyak bekal yang sudah andapersiapkan dalam Universitas ini?


pmikmesir.com
Bagi ke teman..

Komentar anda tentang " Universitas Para Aktivis"..!

 
Ikadi Minas © 2012. All Rights Reserved. Our materials may be copied, printed and distributed, by referring to this site. Powered by Tarqiyah Group